<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d33206210\x26blogName\x3dLily.en.da.days\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://lilyendadays.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_GB\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://lilyendadays.blogspot.com/\x26vt\x3d6695960562355461877', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Monday, October 20, 2008

Fine! Ternyata saya memang tidak tahan untuk tidak ngeblog. Hohoho. Meski masih agak ragu untuk membicarakan masalah yang agak-agak pribadi, walau masih pusing tentang cara menulis yang 'nyaman' tanpa bingung menggunakan kata sapaan dsb, tapi tetap, ternyata tangan tidak bisa ditahan lagi. Paling tidak tidak bisa ditahan untuk meracau dan melontarkan komentar-komentar soal yang terjadi di sekitar saya.

I love to read. Semua juga sepertinya sudah tahu, bahwa saya CINTA -bukan suka lagi- membaca. Ehm, tentunya tidak membaca sembarang bacaan. Biasanya yang saya baca adalah novel fiksi misteri atau fantasi. Bacaan yang berat seperti yang harus dibaca sebelum kuliah-kuliah dimulai juga bisa saya baca, hanya saja biasanya cuma tahan 5 detik di otak saya, kalau saya tidak berniat atau tidak suka dengan bacaan itu. *garuk-garuk*

Hampir semua orang (yang kenal saya) juga tahu bahwa bacaan setia saya sejak kira-kira empat tahun lalu adalah Harry Potter (semua bukunya). Saya sampai bergabung dengan salah satu forum diskusinya, dan berbagai hal lain yang saya lakukan yang berhubungan dengan Harry Potter. Dari situ saya mendapat banyak teman yang memiliki satu hobi, dan sering berbagi segala hal bahkan yang tidak berhubungan dengan hal yang tadiya menyatukan kami itu. Back to topic, sebuah topik itu kadang, karena saking melekatnya pada kita, membuat kita kritis terhadap perkembangan dan isinya. Sebagai contoh, bukan hal yang aneh kalau para penggemar Harry Potter sering mengkritik soal filmnya yang berbeda jauh dari bukunya, tentang cocok tidaknya seorang aktor/aktris memerankan tokoh tertenti, soal bagaimana imajinasi mereka mengenai seperti apa suatu adegan terjadi atau seperti apa appearance tokoh yang bersangkutan seharusnya.

Saya juga punya pendapat, imajinasi, dan kekecewaan sendiri.

Tidak, ini bukan tentang Harry Potter. Jujur, saya sudah tidak membaca Harry Potter lagi sejak lebih dari setengah tahun yang lalu. Tidak bahkan fanficnya sekalipun. Saya hanya membaca sekilas pada bagian tertentu bukunya untuk kepentingan RPG Harry Potter saya. Dan memang selama setengah tahun terakhir ini, sejak sebelum saya menghadapi UAN, saya kesulitan mempunyai waktu untuk diri sendiri. Meskipun tidak selalu. Selama rentang waktu itu, saya mengalihkan perhatian pada bacaan lain. Diantaranya The Lord of The Ring. Saya sudah baca berpuluh kali sebelumnya. Tapi yang saya baca kali itu adalah fanfictionnya. Melihat bahwa fanfic inggrisnya ada lebih dari 40.000 di fanfiction.net, maka saya mempersempit bacaan saya, sebetulnya jadi terfokus pada fanfic Legolas saya. Hey, sulit disangkal kalau Legolas itu... cakep. Itu meremehkan sih, tapi tidak terpikir kata yang lain :D. Cukup lama juga saya berada di sektor ini. Dan bisa juga jadi sarana memperlancar bahasa inggris saya, setidaknya di istilah sehari-hari atau yang sering digunakan.

Selain LOTR, saya juga sempat membaca beberapa novel seperti Bartimeaus Trilogy (cuma baca setengah bukunya saya, buku pertama, soalnya baca di Gramedia :D), Narnia (baca ulang), Eragon dan Eldest (baca ulang, lagi-lagi) dan sebentar lagi mungkin baca Brisingr (buku ketiga yang belum juga muncul. Ini yang ada ebooknya :P). Dan saya juga sempat baca Twilight, di Gramedia :D.

Awalnya saya tidak begitu tertarik dengan buku ini. Saya baca, sekitar setengah bukunya alam waktu dua jam waktu saya di Gramed itu. Saya suka ceritanya, tertarik dan sempat terpikir-pikir di otak soal kelanjutan ceritanya yang belum sempat saya baca. Tapi hanya sampai sebatas itu, belum ada niat untuk beli bukunya. Sampai suatu malam saat online yahoo mesenger, saya mengikuti conference dengan teman-teman Harry Potter saya, sempat salah satunya nyeletuk, "Eclipse udah keluar lho!" dan saya tidak tertarik dengan obrolan mereka sampai beberapa line kemudian saya membaca kata Twilight, dan akhirnya saya scroll ke atas lagi, baca :D. Penasaran, saya iseng-iseng bertanya, "Twilight-nya Stephenie Meyer? Yang tentang vampir itu ya?" yang dijawab serempak dengan berbagai variasi "Hu-uh." Dan barulah saya tahu kalau buku itu ada sekuelnya. Ahahaha, telat sekali ya saya. Bodo ah *pasang emot orang cuek*

Akibat penasaran, dengan berbagai insiden, yang jelas saya akhirnya beli ketiga bukunya, dan jelaslah kalau saya sudah tersangkut jaring dan menjadi salah satu pecinta Twilight. Mungkin tidak seperti saya cinta Harry Potter, tapi tetap, saya salah satu orang yang bolak-balik baca buku-buku Twilight series (yang dalam kurang dari sebulan ini sudah dibaca kira-kira dua puluh kali barangkali?). Uhm, karena saya yang jarang nyambung ke internet, akibat kesibukan dan lain hal, saya juga baru tahu kalau Twilight akan diangkat ke layar lebar. Err, sudah tahu sejak sebulan lalu sih, tapi itu tergolong baru lah :P. 21 November, katanya, menggantikan Harry Potter yang dimundurkan jadi Juli 2009.

Seperti yang tadi saya bilang, seorang penggemar, atau fan seperti yang sering digunakan, atau bahkan seorang pembaca biasa, akan mempunyai suatu imajinasi tersendiri mengenai apa yang dibacanya. Seorang penggemar bahkan akan jeli dan mungkin mengkritik sana sini, atau paling tidak akan merasa kecewa ketika ternyata visualisasi di film ternyata melenceng jauh dari bayangannya. Dan saya sendiri penasaran begitu tahu kalau Twilight ada filmnya, sehingga saya googling, seperti apa sih Edward Cullen (versi film) itu? (yang kemudian saya tahu namanya Robbert Pattinson dan main sebagai Cedric Diggory di Harry Potter and The Goblet of Fire)

Dan ada juga Edward menurut imajinasi orang-orang lain:

Foto-foto yang ini (masih imajinasi seseorang/beberapa orang soal Edward Cullen. Menu browsing yang jelas :D):

entah kenapa malah mengingatkan ke Hisoka (HunterXHunter)



+ Lily @ 10:48 am 3 Comments

_________