<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d33206210\x26blogName\x3dLily.en.da.days\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://lilyendadays.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_GB\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://lilyendadays.blogspot.com/\x26vt\x3d6695960562355461877', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Friday, January 19, 2007

Beberapa dari kalian mungkin pernah berkata, "Sayangilah orangtuamu. Apapun yang mereka lakukan, semuanya adalah untuk kebaikanmu." Atau ada yang mengatakan, "Seburuk apapun perlakuan orangtuamu padamu, sebenarnya mereka menyayangimu."
Mungkin itu benar. Mungkin itu salah. Entahlah, hanya mereka yang tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan.

Selama ini aku berusaha untuk menganggap itu benar, mencoba menanamkan dalam hati untuk mempercayai itulah yang mereka rasakan.
Apapun yang mereka lakukan, tetap kucoba untuk meyakini bahwa itulah yang mereka lakukan untuk menyayangiku, apapun itu, apapun.
Tapi keyakinanku selalu diterpa badai, dihalangi dinding tebal, membuatnya pudar. Aku benci apa yang mereka lakukan padaku.

Well, aku tahu mereka juga manusia, mempunyai emosi, dan perasaan. Mereka bisa capek, bisa kesal, dan tanpa sadar melimpahkannya pada orang disekitar mereka. Alasan itulah yang kugunakan untuk memaafkan mereka, untuk berpura-pura bahwa tidak terjadi apa-apa, bahwa aku baik-baik saja, dan semuanya oke.
Tapi alasan itu tidak bisa bertahan lama rupanya. Aku benci mereka sekarang.
Aku tidak akan menuliskan apa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana semuanya bisa terjadi. Entahlah.

Tapi aku ingin sedikit protes pada Tuhan.
Mengapa aku tidak bisa mengatakan sesuatu dengan jujur, hanya untuk menjaga perasaan orang lain, padahal itulah yang aku ingin katakan?
Mengapa aku tidak bisa melepaskan emosiku, dan mengapa aku harus menjaga tingkah lakuku untuk orang lain?
Aku sudah melatih diriku untuk tidak menangis sejak berusia tujuh tahun, tapi mengapa kemampuan itu malah dilenyapkan?
Mengapa aku diberi kemampuan dan keinginan untuk melindungi perasaan orang lain, meskipun ia menyakitiku?
Mengapa aku harus begitu peka dan peduli pada penderitaan orang lain?
Mengapa aku tidak bisa menyakiti orang lain, meskipun aku menginginkannya?
Mengapa aku tidak bisa membenci orang lain?
Mengapa aku tidak bisa membenci orangtuaku dalam hatiku?
Aku benci mereka, itu jelas.

Labels:



+ Lily @ 2:00 pm 0 Comments

_________