<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d33206210\x26blogName\x3dLily.en.da.days\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://lilyendadays.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_GB\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://lilyendadays.blogspot.com/\x26vt\x3d6695960562355461877', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>
Sunday, February 10, 2008

Uhm... Saya terbiasa dikecewakan... Dan semuanya gara-gara satu hal: Orangtua plin-plan.

Saya kan sudah kelas tiga, sudah waktunya memilih jurusan, memilih universitas yang mau dimasuki, waktunya belajar buat UAN. Oke, yang terakhir itu jelas akan dilakukan (sampe sekarang, saya masih belum serius belajar buat UAN. Ya ampyun... *mengutuk-ngutuk diri sendiri*)

Sialnya, yang dua hal pertama belum saya tentukan. Pertama, saya sama sekali tidak tahu saya mau masuk jurusan apa. Benar-benar masih bercabang-cabang. Masih ngikut-ngikut pendapat orang. Si A mau masih akuntansi, hampir aja di oke-okein aja. Disuruh Ibu masuk Psikologi, asal ngangguk. Disuruh Ayah masuk Geologi, ho oh ho oh aja. Yah, memang belom ada yang jadi tambatan hati. Lebih pengen ke IT malah, cuma masih bertanya-tanya dalam hati, apakah saya sanggup :P.

Kedua, sama kayak yang pertama, masih belum menentukan, belum menemukan yang bener-bener pengen banget, buat masuk ke salah satu universitas. Sama sekali tidak ada yang bener-bener jadi tujuan, bahkan UGM, Unpad, atau ITB. Ditawarin ini itu, lagi-lagi oke.

Sampai suatu hari *halah*, kebetulan ada workshop gitu deh, soal kuliah di Jerman. Yah, pas awal-awal sih biasa aja, cuma setelah dipikir-pikir lagi, kayaknya sreg, cocok, dan sesuai dengan yang dicari *halah dobel* Terus sampe cari info segala macem, dan sampe ikut workshopnya juga.

Semuanya kalau dilihat-lihat sudah beres, yang penting adalah niat menjalani, dan itu sudah dipegang, dan sudah dibuat komitmen dalam hati. yang jadi ganjalan sekarang malah orangtua, yang plin-plan kalo ngomong. Katanya seneng kalo anaknya mau kuliah di luar negeri. Katanya gak ngelarang. Tapi ditambahi embel-embel, "Tapi Papa lebih seneng, Papa maunya kamu kuliah di Indonesia aja, di ITB aja."

Euh... Kenapa sih? Tak bisakah saya memiliki andil menentukan masa depan sendiri? Tak bisakah saya berpendapat, mengikuti keinginan? Toh saya juga mikir, apakah orangtua mampu, apakah ada masalah yang bener-bener ga bisa diselesaikan? Dan itu tidak ada. Dan kenapa harus diembel-embeli "Papa maunya kamu masuk ITB"? Memangnya universitas itu ITB aja? Apa karena dulu orangtua kuliahnya di situ? Lulusan situ? Beuh...
Err, tidak bermaksud menyalahkan atau menjelek-jelekkan ITB atau universitas manapun loh.

Saya cuma kesel, apakah saya tidak punya pilihan untuk apapun? Apakah semuanya harus lewat jalan 'pemberontakan?' Saya merasa kalau saya tak ubahnya hanyalah robot, yang digerakkan sesuai kehendak pemiliknya (in this case, my parents, yeah...)

OK, mereka khawatir, saya hidup sendirian di negeri orang, dsb. Tapi kan kalau semua upaya untuk meminimalisir hal-hal negatif bisa diupayakan, kenapa tidak? Dan bukankah suatu saat saya juga akan keluar dari rumah?

Kuliah tanpa keinginan, mungkin itu adalah kans terbesar yang akan terjadi dalam setahun ini. Soalnya bener-bener ga ada niat saya untuk kuliah di universitas entah-di-mana di negeri ini. Dikasih ke Amerika pun saya enggak mau (mungkin :P). Dengan begitu kuliah saya kemungkinan besar ga bakalan beres. Thanks to Daddy.

Sekarang, sepertinya cuma bisa berharap, semoga keplin-planannya belum hilang, baru hilang setelah mereka menyetujui kepergian saya ke Jerman. Semoga. Tapi kayaknya ga mungkin deh. Ah, siyal...

((PS: Gw nulis ini dalam keadaan angkuh. Taulah, mengangkat dagu :P. Euh, kenapa gw gampang banget nangis sih T_T. kantong air matanya bocorkah? *ditimpuks*))

Labels:



+ Lily @ 2:07 pm 2 Comments

_________

Sepertinya saya ga cocok disuruh belanja. Eh, bukannya ga cocok deng, cuma sering memperhatikan yang nggak-nggak, dan juga, kalau milih sesuatu, pastilah sesuatu yang tidak lazim (kalau yang ini kayaknya bakat turunan :P).

***

Misalnya waktu 31 Januari kemaren. Uhm... Hari apa ya? Kalau ga salah hari Kamis, soalnya inget, waktu itu sambil chat Y!M via henpun sama Mikan. Err, waktu itu kebetulan belanja barang-barang cewek kayak parfume, dsb. Ahaha... Ga cocok ya? :P. Tapi yang saya perhatikan bukanlah tentang ketidaktahuan saya terhadap yang namanya kosmetik dan sejenisnya, atau soal merk, tapi justru sesuatu yang saya lihat waktu saya turun tangga.


Gyaaaa... Rak penuh coklaaaat~. Padahal palentin masih lama, masih dua minggu lagi, wekekek... Dasar G**** (nyebut nama supermarket) maen tangkep peluang pasar aja :D. Wikikik, ga terlalu ngiler sih liat coklat-coklat ini, berhubung di rumah udah banyak yang namanya coklat, entah karena palentin atau kebetulan. Dikasih temen lah, dibeliin ayah, nemu di meja depan rumah, wekekek... Palentin dapet berapa coklat yaa? *dipentung, maen itung-itungan*

***

Kejadian lain, pada suatu hari, ga lama setelah kejadian di supermarket itu. Hmm, lupa hari dan tanggalnya. Kayaknya hari senin deh. Iseng maen ke FO, terus tiba-tiba ketemu Myeka. Entah lagi ngapain dia di sana. Terus, akhirnya kita liat-liat dan milih-milih baju gitu deh.

Tau kan, baju yang lagi in sekarang tuh yang panjang-panjang bawahnya gitu, yang atasannya sampe betis gitu. Nah, waktu pagi liat-liat baju, tau-tau Myeka nyodorin baju ini:

Terus baju ini ya dicoba secara tidak resmi. Dipatut-patutkan aja, ditempel di depan gitu, cocok atau enggak. Euh, yang... menyebalkan... Baju ini ternyata bisa jadi terusan kalo saya yang pake... T___T Selutut loh, gak usah pake bawahan lagi. Huhuhu, sampe-sampe sama Myeka dan temen-temennya disuruh dicobain gitu di kamar pas, dan waktu dipake... kek Dulce Maria lah, kek anak SMP lah... *gedubraks*
Hiks... Malang nian nasibku... Huwaaaa... Papi... *nangis-nangis* *nagih suplai Zenith Grow ke Papi*

NB: Sepertinya saya jadi rada-rada sering masang-masang poto yah :D. Biasanya kan jarang masang-masang poto, berhubung henpun Samsung sayah rusak, dan saya ga suka sama kamera henpun Nokia ini. Liat aja hasilnya, ga jelas. Ah, biarlah :D.

Labels:



+ Lily @ 1:11 pm 0 Comments

_________