<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/33206210?origin\x3dhttp://lilyendadays.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Sunday, September 17, 2006

Baru juga kemarin dibuat 'terharu' oleh postnya Herda, hari ini aku menangis lagi. Duh, cengeng sekali ya ^^... Malam minggu kok malah nangis sih...

Kali ini gara-gara film (atau sinetron?) korea berjudul Rosy Life (kalau ga salah, karena aku juga ga nonton, cuma tau garis besar ceritanya aja). Kebetulan episode terakhir. Secara singkat menceritakan tentang tokoh utamanya (euh, ga tau namanya, halah, ini gimana sih yang nonton...) yang berjuang membanting tulang demi keluarganya. Ia menghadapi segala masalah dalam hidupnya dengan tegar. Kemudian setelah ia berhasil mengatasi semuanya, mampu berdiri tegar meskipun banyak masalah menerpa, tiba-tiba dia dinyatakan punya penyakit berat gitu. Duh, ceritanya....

Nah, di episode terakhir ini, pokoknya si tokoh tak mampu mempertahankan hidupnya. Ia sekarat saat suaminya membelikan sup daging sapi kesukaannya dan meninggal dalam mobil yang mengantarkannya menuju ambulans. Padahal suaminya sedang berjuang membebaskan mobil tersebut dari lumpur. Sebelum meninggal dia sempat meninggalkan pesan terakhir di handphone suaminya. Pesan tersebut baru ditemukan setelah mayatnya dikremasi, isinya kurang lebih, "Sekarang aku akan pergi. Aku sama sekali tidak menyesal. Aku hanya ingin agar di kemudian hari kita dapat bertemu kembali sebagai sepasang suami istri. Aku ingin mengucapkan kata-kata yang tak pernah kuucapkan sebelumnya kepadamu. Suamiku, aku mencintaimu."

Hiks hiks, sedih sekali. Anak-anaknya masih kecil-kecil. Suaminya masih cakep gitu. Jadi inget postnya Ambu tentang Bunda Inong. Ya Tuhan, umur manusia ternyata amatlah terbatas. Jadi ingat diriku yang suka menyia-nyiakan hidup dengan hal-hal tak berarti.

Gara-gara ini aku jadi menangis tak henti-henti, dari pertengahan cerita sampe malamnya pas ketiduran gara-gara capek nangis. Ibuku yang ikut nonton dari kamar sambil tak henti-hentinya teriak-teriak nyuruh ngangkat jemuran malah ketawa-ketiwi. Pas aku masuk kamar waktu iklan:
"Lho, ngapain kesini?"
"Apa? Mama nangis ya?" (ketus)
"Yey, nuduh-nuduh. Ahahahah, sendirinya yang nangis juga."

Trus waktu ceritanya mulai lagi dan aku sudah kembali ke kursi, ibuku malah keluar kamar, dan entah kenapa biasanya kalau nangis kan diam-diam tanpa suara, tapi yang ini pengen banget nangis sambil teriak. Ibuku malah bilang:
"Duh, nih anak. Ngapains ih kamu nonton pilem beginian sampe berderai air mata. Sinetron banget. Ini cuma film kok. Lagian na, kalau nonton itu, nangis ya nangis, diem-diem, trus susut. Bukannya nangisnya sampe teriak-teriak gitu."
"Biarin, kalau ga teriak kan ga seru. Ga lega."
"yaelah, ga seru... Nonton ginian aja nangis. Coba kalau aku yang sakit, ga nangis kan."
Huh, dasar ga jujur, padahal matanya sembab.
Duh, ibuku tercinta, yang sok galak. sok tau, sok tukang marah, sok tegar, bundaku tersayang, tak bisakah kau berlaku seperti seorang ibu, yang akan memelukku disaat aku memerlukannya. Meski kutahu kau punya cara sendiri untuk menunjukkan cintamu, namun aku ingin merasakannya sekali saja, setidaknya sebelum aku dipeluk orang, hihi...

Aih, jadi ga nahan, semoga mataku tak sembab sepulang dari sini.

Labels:



+ Lily @ 3:31 pm

_________

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home