Apa jadinya ya bila penglihatan direngut dari kita?
Mataku, ‘jendela’ duniaku sudah ‘diambil’dariku sejak 11 tahun yang lalu. Yah, tidak semua sih, hanya ‘sebagian’. Itu artinya aku masih bisa melihat, namun tidak secara penuh, harus dengan alat bantu. Maka hadirlah benda bernama kacamata, ‘jendela’ tambahan dalam kehidupanku yang baru berjalan kira-kira 5 tahun. Kehadirannya adalah keharusan, karena, minus awalnya saja -3 dan -7, mau lihat-lihat gimana, coba :D.
Setelah saat-saat pertama takut karena ‘jendela’ku buram, dan harus membawa-bawa ‘jendela’ tambahan yang merepotkan itu, beberapa minggu berikutnya jadi terbiasa. Terbiasa dipandang aneh, terbiasa harus diam dan tidak boleh ikut kegiatan-kegiatan tertentu, terbiasa dengan si ‘jendela’ tambahan ini. Ada saat-saat di mana aku merasa frustasi, ingin rasanya aku tidak ada saja, beberapa kali terbersit pikiran untuk ‘menghilangkan keberadaan’, bahkan hampir dicoba, namun seiring berjalannya waktu, akhirnya keadaan ini diterima sebagai sebuah ‘bagian dari hidup’.
Setelah bertahun-tahun berlalu, dan jelas minusnya bertambah, dan keterbiasaan dipandang aneh pun sudah merasuk, contoh kecilnya, karena memecahkan rekor minus di sekolah (susah
Penglihatan merupakan hal yang vital bagiku, karena lewat penglihatan dan jarikulah aku berkomunikasi dengan dunia. Aku bukanlah orang yang bisa berkata-kata, terutama di depan banyak orang. Karena itu, baik dalam bidang akademis maupun di lingkungan sekitar, sedikit sekali mulutku berperan. Meski kadang ada hal yang ingin disuarakan, sebagian besar, dengan alasan tata krama, kemungkinan akibat dari suara tersebut, dan hal-hal lain, suara itu terpendam dalam hati dan hanya bisa disuarakan lewat tulisan, di tempat yang tepat, tentunya. Di tempat di mana tidak ada orang yang tersakiti akibat tulisanku itu. Penglihatan juga amat berperan, terutama untuk menatap layar komputer, yang bisa memperlihatkan komunikasiku yang sebenarnya, entah lewat forum, messenger, blog, dan berbagai situs lainnya. Kemudian setelah dilihat-lihat, jarilah yang menuliskan suara hatiku.
Nah,
Labels: Me
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home