<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/33206210?origin\x3dhttp://lilyendadays.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Monday, May 28, 2007

Dunia ini, juga manusia-manusianya, selalu berubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan tuntutan zaman. Begitupun aku. Begitu banyak perubahan yang terjadi pada diriku.

Dulu, aku selalu berusaha menjadi yang terbaik. Lakukan apapun yang orangtuaku suruh lakukan. Dapatkan peringkat pertama. Ikuti berbagai lomba, mulai dari lomba yang ringan-ringan saja, sampai lomba yang memeras semua tenagamu dan menguji semua kemampuan yang kau miliki. Ikuti berbagai les, mulai dari les mata pelajaran, sampei les bahasa. Aku belajar dan melakukan semuanya untuk mereka.

Sekarang, aku selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik, namun aku tidak terobsesi untuk menjadi yang terbaik. Bagiku, asalkan semuanya dilakukan sesuai kemampuan, maka hasilnya akan baik. Bahkan bila hasilnya tidak sebaik yang kuinginkan, bila sudah diusahakan semaksimal mungkin dengan cara yang baik, maka tidak ada penyesalan yang tidak baik tentangnya. Les, bagiku yang sekarang hanya penunjang, atau penyaluran ekspresi dan keinginan hatiku untuk mengikutinya, tanpa suruhan lagi. Malah, sekarang akulah yang memaksa minta dileskan ini itu, bila aku memang ingin. Kini aku belajar dan melakukan semuanya untuk diriku sendiri.


Dulu, aku kesulitan bersosialisasi. Aku tidak akan menyapa orang yang tidak aku kenal lebih dulu. Aku tidak akan memperkenalkan diri lebih dulu. Aku tidak akan mengulurkan tanganku lebih dulu untuk mengajukan pertemanan. Harus orang lain yang membutuhkan aku, yang menginginkan aku menjadi temannya. Teman macam apa, entahlah.

Seiring berjalannya waktu, hal itu berubah.
Sekarang, akulah yang mencari teman sebanyak-banyaknya. Akulah yang mencari tahu tentang mereka. Akulah yang menyapa mereka lebih dulu. Akulah yang mengulurkan tangan menawarkan pertemanan terlebih dulu. Beberapa menjadi teman terbaikku, yang bisa berbagi sepenuhnya denganku. Aku belajar berempati pada orang lain.


Dulu, aku tidak bisa menunjukkan diriku di depan umum. Kalaupun aku melakukannya, itu semua dengan perasaan terpaksa. Aku lebih memilih mengerjakan essay panjang atau mengerjakan soal-soal sulit daripada harus berpidato, atau sekedar tampil di depan umum memberikan sambutan.

Sekarang, aku masih tidak bisa melakukannya dengan baik. Namun, aku berusaha, paling tidak. Aku bisa memimpin jalannya diskusi dalam sebuah kelompok kecil. Aku bisa menjelaskan dengan terperinci tentang suatu rencana atau hal kepada orang di sekitarku, meskipun tidak dalam suasana resmi.
Aku mengawasi dan memimpin suatu forum. Secara tidak langsung, itu mengajariku cara memimpin. Cara membuat keputusan dengan adil. Cara memandang sesuatu dengan objektif. Cara bersosialisasi dan membimbing dengan baik. Cara mengenal, dan memahami karakter manusia yang berbeda satu sama lain. Juga cara mengatasinya dan segala permasalahan yang timbul.
Selain secara offline di forum, aku juga mengikuti percakapan-percakapan dan conference online di messenger. Hal itu membantuku menemukan ‘suaraku’ yang lain, mengemukakan ekspresiku dengan cara lain, cara yang kusukai, cara yang tidak mengharuskan aku berbicara. Juga ada pertemuan-pertemuan kecil dan besar. Mengajakku untuk mengenal orang lain lebih dalam. Menemui orang yang sama sekali belum pernah kau lihat secara nyata. Berinteraksi dengan orang yang mungkin sehari-harinya hanya kau baca dan balas baris-baris percakapannya. Memberiku kesempatan untuk belajar berbicara dan mengemukakan pendapatku. Membuatku belajar berencana dan mengemukakan pendapat. Membuatku meluangkan waktu untuk bersenang-senang.


Dulu, aku akan membantu orang lain jika itu memang benar-benar memberikan timbal-balik untukku.

Sekarang, aku akan mengulurkan tanganku pada siapa saja yang meminta bantuanku dengan tujuan yang baik.


Dulu, aku memandang segala sesuatunya dari satu sisi. Dari sudut pandangku. Aku menilai semuanya berdasarkan hitam dan putihnnya. Aku akan memaki orang yang tidak kusukai, yang kuanggap hitam, meski di dalam hatiku.

Sekarang, aku sadar bahwa dunia dan kehidupan memiliki berbagai sisi. Manusia tidak hanya hitam dan putih, namun juga ada abu-abu, dan mungkin berbagai warna lainnya? Semua yang hitam pasti punya sisi terang, dan semua orang putih pasti punya lembaran kelam dan gelap. Semua hal terjadi karena suatu alasan.


Entah mengapa aku berubah. Entah siapa yang mengubahku. Entah bagaimana ia mengubahku. Dan entah kapan aku berubah. Yang kutahu hanyalah, setiap manusia berusaha untuk berubah menuju keadaan yang lebih baik, dan itu alasan yang cukup bagiku untuk terus berubah.


Aku yang dulu, amat berbeda dengan aku yang sekarang. Dan aku bahagia karenanya :).

Labels:



+ Lily @ 5:47 pm

_________

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home